Tanjungpinang, KepriHeadline.id – Sore itu, Jumat, 4 Juli 2025, suasana di Taman Batu 10, Bintan Centre, Tanjungpinang, berbeda dari biasanya. Langit senja yang mulai merona keemasan menjadi latar bagi sekelompok orang yang tampak berbaris rapi dengan mengenakan jaket hitam bertuliskan “MAPIJEK” di bagian belakang. Di tangan mereka, puluhan kotak makanan hangat siap dibagikan kepada warga sekitar.
Namun, para relawan ini bukan berasal dari organisasi sosial konvensional. Mereka adalah anggota komunitas Mantan Napi Projek (MAPIJEK) Tanjungpinang, sebuah inisiatif yang digagas oleh mantan narapidana yang kini berkomitmen untuk bangkit, mengabdi, dan berkontribusi bagi masyarakat.
Tepat pukul 16.00 WIB, aksi sosial bertajuk Jumat Berkah dimulai. Tanpa panggung, tanpa spanduk, hanya semangat tulus untuk berbagi. Dalam waktu kurang dari lima menit, seluruh makanan telah tersalurkan kepada warga yang membutuhkan.
“Ini bukan soal seberapa banyak yang kami beri, tapi soal pesan yang ingin kami sampaikan: bahwa kami, para mantan narapidana, juga mampu berbuat baik,” ujar Virza Octa Kurniawan, pendiri MAPIJEK Tanjungpinang.

Virza mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat, sekaligus meruntuhkan stigma yang kerap melekat pada status mantan napi. Bagi mereka, masa lalu adalah pelajaran, bukan vonis seumur hidup.
Identitas Baru, Peran Baru
Dengan mengenakan jaket kebanggaan mereka, para anggota MAPIJEK tidak hanya menunjukkan kebersamaan, tetapi juga identitas baru—bukan sebagai orang yang dikucilkan, melainkan sebagai agen perubahan sosial. Warga yang menerima bantuan tampak menyambut dengan hangat. Beberapa bahkan tak ragu menyapa dan menyampaikan terima kasih secara langsung.
“Saya harap masyarakat dapat melihat bahwa kami juga bisa berbuat positif. Kami ingin menunjukkan bahwa kami peduli, dan kami terbuka untuk siapa pun yang ingin bergabung,” ujar Virza.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Hermansyah, yang akrab disapa Ambon, selaku Direktur MAPIJEK Tanjungpinang. Ia menegaskan pentingnya menghapus stigma terhadap para mantan narapidana.
“Kami sudah menjalani hukuman, sudah menebus kesalahan kami. Apakah kami masih harus terus dihukum oleh penolakan dan pandangan sinis?” ucap Hermansyah. “Yang kami butuhkan adalah kesempatan kedua. Kami ingin membuktikan bahwa kami bisa bangkit dan berkontribusi.”
Langkah Kecil, Dampak Besar
Meski skalanya sederhana, aksi sosial ini menyimpan makna yang mendalam. Tak hanya soal berbagi makanan, tetapi juga soal memulihkan martabat dan membuka ruang untuk rekonsiliasi sosial.
MAPIJEK bukan kali pertama menggelar kegiatan semacam ini. Namun, Jumat Berkah di Taman Batu 10 menjadi salah satu momentum paling menggugah sepanjang tahun ini. Melalui aksi ini, mereka ingin menyampaikan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil.
> “Kami sadar, apa yang kami lakukan ini belum seberapa. Tapi kami percaya, jika satu kota saja bisa mendukung satu komunitas seperti kami, maka akan banyak kehidupan yang bisa diselamatkan,” ujar Virza.
Pintu komunitas ini pun terbuka bagi siapa saja. Tak hanya bagi para mantan narapidana, tetapi juga masyarakat umum yang ingin menjadi bagian dari gerakan perubahan.
“Jika ingin menyumbang, silakan. Jika ingin bergabung, kami terbuka. Ini bukan komunitas tertutup. Ini adalah tempat bertumbuh bagi siapa pun yang percaya pada masa depan,” tambahnya.
Di tengah suasana senja yang hangat, Tanjungpinang menyaksikan satu cerita kecil tentang harapan dan pemulihan. Di balik setiap kotak makanan yang dibagikan, terselip pesan bahwa setiap orang—tak terkecuali mereka yang pernah jatuh—berhak untuk bangkit dan diterima kembali sebagai bagian dari masyarakat.
(*)
Ikuti berita lainnya di GOOGLE NEWS
Eksplorasi konten lain dari Kepriheadline.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Penulis : Ricky Robian Syah
Editor : Ricky Robian Syah